Sabang : Ragam
pola perilaku untuk mengapresiasi keindahan alam Indonesia, di antaranya
berjalan kaki dari dari ujung Barat Indonesia, Pulau Weh, menuju
Pulau Bali.
Adalah Tri Atmojo,
pemuda 32 tahun dan mengaku masih sendiri ini, menyusuri santai di antara
teriknya matahari di Pulau Weh. Menyandang sebuah ransel, mengenakan topi dan
sebuah bendera yang diikatkan di sebuah batang kayu kecil, dari Surabaya
menyeberangi Pulau Jawa dan Sumatra menuju Sabang, Tri Atmojo akan memulai
perjalanannya dari Pulau Weh Sabang ke Pulau Bali.
Tri menuturkan, ia
berjalan kaki hanya berkeinginan untuk melihat indahnya Nusantara. Rata-rata,
katanya, ia berjalan sekitar 40 kilometer per hari, dan semuanya ditempuh
dengan berjalan kaki. Hanya penyeberangan antar-pulau saja ia mempergunakan
kapal laut.
"Motivasi saya
murni untuk melihat keindahan alam Indonesia. Mengapa Sabang dan Bali? Sabang
kan titik nolnya Indonesia, jadi kalau sudah ke titik nol berarti sudah ke Indonesia
bagian Barat. Saya juga ingin melihat Bali, apakah masih dengan adat
ketimurannya," ungkapnya, Sabtu (25/04/2015).
Menurut Tri, ia
mengusahakan sendiri biaya perjalanan serta bantuan sukarela dari masyarakat
yang bersimpati dengan aksi jalan kakinya. Di Sabang, ia berkeinginan
mengunjungi Tugu Kilometer Nol dan tempat-tempat bersejarah lainnya.
Perjalanan dengan
berjalan kaki ini, katanya, diperkirakan akan memakan waktu 18 bulan. Dibalik
itu, Tri merasa prihatin dengan kondisi alam Indonesia sekarang. Pasalnya,
banyak kerusakan alam yang diakibatkan ulah manusia.
"Sebagai rakyat
biasa, saya hanya bisa mengatakan ke mana Indonesia dulu yang dibilang
indah dan kaya," imbuhnya.
Categories: