Seruan larangan dari pemerintah Aceh
kepada masyarakat untuk tidak merayakan pergantian tahun dengan cara apapun
melahirkan pro dan kontra. Salah satunya pembolehan dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK)
Banda Aceh yang setuju kalau malam pergatian tahun baru masehi diisi dengan zikir,
doa bersama dan tausyiah.
Tentu hal tersebut mengundang dilema ditengah- tengah masyarakat
seruan mana yang harus dipedomani?
Terkait hal itu mahasiswa Sabang yang tergabung dalam Ikatan Pemuda
Pelajar dan Mahasiswa Sabang IPPEMAS ikut angkat bicara. Sebagai kaum
intelektual, untuk memecahkan dilema tersebut pihak PB. IPPEMAS berencana
tidak akan menyelenggarakan kegiatan apapun pada malam pergantian tahun kali
ini, baik yasinan maupun zikir bersama namun demikian IPPEMAS tetap akan
memanfaatkan tanggal merah tersebut untuk kegiatan positif terkait
kemahasiswaan.
“kalau menurut kami sebagai mahasiswa apapun
yang dilakukan dalam kegiatan yang membawa hal positif kami akan mendukung,
tapi ketika kegiatan tersebut banyak hal negatifnya jelas kami akan menolak”.
Tegas Sekjen PB. IPPEMAS Yusran Nasir kepada RRI.
Yusran mengharapkan kepada para wisatawan yang berniat
memanfaatkan libur tahun baru dengan mengunjungi kota Sabang untuk menyesuaikan diri dengan adat dan
syariat Islam yang berlaku serta berpakaian dan berlaku sopan guna menghindari
hal yang tidak diinginkan bersama juga
menghormati adat yang ada di Sabang. (Razie/Mj)
Categories: